This Is My Life Style

Manusia adalah tempat salah dan lupa. Semoga catatan harian ini dapat membantu saudara-saudaraku se-iman dan se-tanah air dalam melangkah. Catatan ini adalah hasil dari kebingungan dan kesenanganku dalam menghadapi hari-hari.

Pelajaran Delegasi dari Kawanan Angsa










Sebagian besar dari kita pasti pernah membaca ilustrasi tentang angsa yang membentuk formasi V. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari ilustrasi ini, dan salah satu pointnya adalah tentang pendelegasian.

Mari kita refresh lagi ilustrasi tentang angsa dan formasi V tersebut.
Salah satu yang menarik setiap tahun pada musim semi dan musim gugur adalah melihat angsa Kanada terbang melintas kawasan pepohonan di South Jersey. Pecinta alam suka mengamati burung angsa itu, dan mereka memperoleh temuan yagn mengagumkan. Salah satunya, mereka mengetahui bahwa angsa-angsa Kanada itu menggilir kepemimpinan ketika terbang dalam formasi V. Setiap sekitar duabelas menit, angsa terdepan mundur dan membiarkan angsa baru mengambil posisi memimpin. Secara instingtif angsa itu tahu bahwa posisi kepemimpinan dalam formasi V adalah titik terberat untuk ditempati karena mereka harus melawan angin. Mereka paham tidak harus satu angsa saja yang harus menanggung tugas dan bertanggung-jawab demi kawanan itu.

Apa yang berlaku bagi angsa Kanada tersebut, juga berlaku pada kita. Beban yang ditanggung kawanan burung atau tim harus dibagi dan didistribusikan. Kalau tidak, pemimpinnya akan kelelahan, kacau dan kehabisan daya.

Berangkat dari pengalaman mendapatkan dan menjalankan delegasi, mengikuti training pendelegasian (salah satunya AVA Delegation Course, referensi tulisan ini), serta memberikan delegasi kepada rekan kerja, akhirnya saya menyadari bahwa pelajaran tersulit selama berorganisasi adalah ketika melakukan delegasi. Saya awalnya lebih menyukai mengerjakan semua dengan sentuhan tangan saya mulai A sampai Z. Ada kepuasan tersendiri bila saya berhasil menjalankan suatu tugas mulai dari mencetuskan ide sampai dengan memberikan sentuhan akhir pada tugas saya.
Tapi, lama-kelamaan saya mengetahui hal ini berakibat buruk. Tidak baik buat saya pribadi karena saya kehabisan waktu untuk mengerjakan sesuatunya sampai detil, dan kurang fokus pada hal-hal yang lebih penting lainnya. Tidak baik juga untuk anggota tim. Tidak ada proses pembelajaran, proses pengayaan (enrichment) dan proses pengembangan kemampuan dan pembentukan karakter anggota tim.

Apa sih delegasi itu?
Sederhananya, delegasi adalah pelimpahan tanggung-jawab dan wewenang kepada anak buah atau rekan kerja.
Ingat bahwa dalam delegasi ada 2 unsur, yaitu
Tanggung-jawab : kewajiban yang harus dilaksanakan
Wewenang : kekuasaan untuk menunaikan kewajibannya
Seringkali si delegator hanya fokus kepada tanggung-jawab tugas yang harus diselesaikan, namun lupa memberikan wewenang.

Bagaimana tahapan delegasi dilakukan?
Tentunya tidak secara otomatis kita memberikan delegasi penuh kepada rekan kerja kita. Ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum memberikan delegasi penuh (full delegation).
Tahap pertama :
> Tulis tanggung-jawab yang harus dilaksanakan anak buah
> Jelaskan kepada anak buah
> Minta anak buah memaparkan pemahaman yang harus dilaksanakan
> Beri dukungan lewat wewenang yang Anda miliki
> Anak buah melaporkan hasil pelaksanaan

Tahap kedua :
> Jelaskan tanggung-jawab
> Beri wewenang
> Tunaikan
> Lapor

Tahap ketiga :
> Usulkan beberapa pelaksanaan tangung-jawab
> Beri wewenang
> Tunaikan
> Lapor

Tahap keempat :
> Usul pelaksanaan
> Tunaikan
> Lapor

Tahap kelima :
> Tunaikan
> Lapor

Tahap keenam : Full Delegation

Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pendelegasian?
Tentu tidaklah mudah kita memberikan delegasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan diingat sebelum kita memberikan delegasi. Tidak semua tugas bisa didelegasikan, dalam kondisi yang mendesak sekalipun.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
* Pilih anak buah yang kompeten
Bila kita belum menemukan anak buah yang kompeten di bidangnya, temukanlah mereka yang paling memiliki potensi untuk bisa menjalankan delegasi. Berlakukan tahapan pendelegasian, untuk melihat seberapa kompeten anak buah tersebut menjalankan delegasi.
* Pekerjaan yang sifatnya rahasia, jangan didelegasikan
Delegasikan pekerjaan yang sudah jelas teknik pelaksanaannya, jelas wewenangnya, namun bukan pekerjaan yang rahasia, yang sebenarnya hanya pimpinan yang boleh mengerjakan.
* Pertanggungjawaban tetap di tangan pimpinan
Meskipun pekerjaan sudah didegasikan, bukan berarti pimpinan lepas tangan dan tidak bertanggung-jawab. Pantaulah setiap pelaksanaan tugas atau perkembangan atas delegasi yang dikerjakan. Dengan demikian pimpinan yakin dalam mempertanggungjawabkan pekerjaannya, termasuk pekerjaan yang didelegasikan.

Kembali ke ilustrasi angsa diatas, bila angsa yang memimpin kawanannya tidak mau berpindah posisi dan mengikuti pola one man show dapat dibayangkan bagaimana lelahnya pemimpin angsa tersebut terbang dengan melawan arus angin yang kencang.
Bila kita memiliki persoalan dalam mempercayai rekan kerja dalam mendelegasikan pekerjaan (silakan baca artikel Building Trust dan Memimpin dengan Kerelaan dari rekan Agung Budiyanto yang sangat inspiratif), sebaiknya kita segera menyadari bahwa orang-orang terbaik yang ada di sekeliling kita adalah mereka yang bekerja sepenuh kemampuan mereka untuk kepentingan diri kita sendiri. Andai mereka berhasil menjalankan pekerjaan yang kita delegasikan, jangan merasa terancam. Keberhasilan mereka adalah keberhasilan kita juga. Bukankah pekerjaan kita menjadi ringan dengan adanya pendelegasian?
Ketika tugas kita semakin ringan, kita bisa berfokus pada tugas-tugas yang lebih penting dengan pertanggungjawaban yang lebih luas, tugas-tugas untuk pengembangan atau yang sifatnya inovatif.

Temzing Morgay? Siapa sih



Tenzing Norgay?…..apaan sih…..atau…siapa sih…. (fotonya yang sebelah kanan)

Tenzing Norgay adalah nama orang, mungkin buat kebanyakan dari kita akan mengatakan nama yang aneh…..dari negara mana nama tersebut berasal?…..

Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar namanya…mungkin juga belum…bagaimana kalau saya sebutkan nama Sir Edmund Hillary?…ya kalau yang ini sih saya sering dengar atau pernah baca biografinya atau pernah mendapatkan kisah hidupnya dalam sebuah artikel atau sewaktu mengikuti seminar. Ya, Sir Edmund Hillary adalah orang pertama di dunia yang berhasil mencapai puncak gunung tertinggi dunia Puncak Gunung Everest. Tetapi saat ini bukan Sir Edmund Hillary yang akan kita bahas, tetapi Tenzing Norgay.

Tenzing Norgay seorang penduduk asli Nepal yang bertugas sebagai pemandu bagi para pendaki gunung yang berniat untuk mendaki gunung Everest. Tenzing Norgay menjadi pemandu (orang Nepal menyebutnya Sherpa) bagi Sir Edmund Hillary. Pada tanggal 29 Mei 1953 jam 11.30, Tenzing Norgay bersama dengan Sir Edmund Hillary berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi Everest pada ketinggian 29,028 kaki diatas permukaan laut dan menjadi orang pertama didunia yang kemudian menjadi inspirasi dan penyemangat bagi ratusan pendaki berikutnya untuk mengikuti prestasi mereka. Pada rentang waktu tahun 1920 sampai dengan tahun 1952, tujuh tim ekspedisi yang berusaha menaklukkan Everest mengalami kegagalan.

Keberhasilan Sir Edmund Hillary pada saat itu sangat fenomenal mengingat baru berakhirnya Perang Dunia II dan menjadi semacam inspirator untuk mengembalikan kepercayaan diri bagi seluruh bangsa di dunia. Karena keberhasilannya, Sir Edmund Hillary mendapatkan gelar kebangsawanan dari Ratu Inggris yang baru saja dilantik saat itu, Ratu Elizabeth II dan menjadi orang yang paling dikenal di seluruh dunia.

Tetapi dibalik keberhasilan itu Tenzing Norgay memiliki peran yang sangat besar, mengapa Tenzing Norgay tidak menjadi terkenal dan mendapatkan semua yang didapatkan oleh Sir Edmund Hillary padahal ia adalah sang pemandu yang membantu dan mengantarkannya mencapai Puncuk Mount Everest? Seharusnya bisa saja ia lah orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Mount Everest bukan Sir Edmund Hillary.

Sesaat setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya :

Reporter : Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?

Tenzing Norgay : Sangat senang sekali

Reporter : Andakan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?

Tenzing Norgay : Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia….

Reporter : Mengapa Anda lakukan itu???

Tenzing Norgay : Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary, bukan impian saya…..impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIAN nya.

Ya, itulah sekelumit kisah tentang seorang pemandu pendaki bernama Tenzing Norgay. Ia tidak menjadi serakah, ataupun iri dengan keberhasilan, nama besar dan semua penghargaan yang diperoleh Sir Edmund Hillary. Ia cukup bangga dapat membantu orang lain mencapai & mewujudkan IMPIAN nya.

Teman, dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia kerja kita secara pribadi terbiasa atau terkondisikan untuk fokus kepada diri kita sendiri, siapa yang mendapat nama, apa yang kita dapatkan, bonus, penghargaan, insentif dan sebagainya. Sebagai renungan “Bisakah kita menjadi seperti Tenzing Norgay?” Sebenarnya bukan Bisa atau Tidak…tapi MAU atau TIDAK!