This Is My Life Style

Manusia adalah tempat salah dan lupa. Semoga catatan harian ini dapat membantu saudara-saudaraku se-iman dan se-tanah air dalam melangkah. Catatan ini adalah hasil dari kebingungan dan kesenanganku dalam menghadapi hari-hari.

Tau Ga Kenapa kita Perlu Dukung Palestina .. ?

Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir,
Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan
terhadap Negara tersebut. Misalnya baru-baru ini ketika Palestina
diserang. Ngapain sih mendukung Palestina?

Pertanyaan tersebut diatas sering kita dengar, terutama karena kita
bukan orang Palestina, bukan bangsa Arab, rakyat sendiri sedang susah,
dan juga karena entah mendukung atau enggak, sepertinya tidak
berpengaruh pada kegiatan kita sehari-hari.

Padahal, untuk yang belum mengetahui.. kita sebagai orang Indonesia
malah berhutang dukungan untuk Palestina.

Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada
17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure)
sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari
bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya
pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia
bisa berdaulat.

Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina
dan Mesir, seperti dikutip dari buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di
Luar Negeri" yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan
Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata
sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wakil Presiden pertama RI), M.
Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI
ketika buku ini diterbitkan) , dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution.

M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam
bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan
dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat
negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.

Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini
-mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:

".., pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan
'ucapan selamat' mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau
melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada
Alam Islami, bertepatan 'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia.
Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami
sebar-luaskan, bahkan harian "Al-Ahram" yang terkenal telitinya juga
menyiarkan." Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai
mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi "Panitia
Pusat Kemerdekaan Indonesia" dan memberi dukungan penuh. Peristiwa
bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin
juga para pejabat dinegeri ini.

Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta
benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang
Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia ,
Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang
spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda
bukti dan berkata: "Terimalah semua kekayaan saya ini untuk
memenangkan perjuangan Indonesia .."

Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan
RI pertama kali oleh Negara Mesir 1949. Pengakuan resmi Mesir itu
(yang disusul oleh negara-negara Tim-Teng lainnya) menjadi modal besar
bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat penuh. Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan
Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam
perundingan & pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.

Dukungan Mengalir Setelah Itu

Setelah itu, sokongan dunia Arab terhadap kemerdekaan Indonesia
menjadi sangat kuat. Para pembesar Mesir, Arab dan Islam membentuk
'Panitia Pembela Indonesia '. Para pemimpin negara dan perwakilannya
di lembaga internasional PBB dan Liga Arab sangat gigih mendorong
diangkatnya isu Indonesia dalam pembahasan di dalam sidang lembaga
tersebut.


Di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada
Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah. Ketika terjadi serangan
Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk
Surabaya , demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah
khususnya Mesir. Sholat ghaib dilakukan oleh masyarakat di
lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada
yang gugur dlm pertempuran yang sangat dahsyat itu.

Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum
Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat
kapal "Volendam" milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah
sampai di Port Said.

Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.
Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah-putih
–tanda solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan
menghalau blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang
ingin menyuplai air & makanan untuk kapal "Volendam" milik Belanda
yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.
Kemudian motor boat besar pengangkut logistik untuk "Volendam"
bergerak dengan dijaga oleh 20 orang polisi bersenjata beserta Mr.
Blackfield, Konsul Honorer Belanda asal Inggris, dan Direktur
perusahaan pengurus kapal Belanda di pelabuhan. Namun hal itu tidak
menyurutkan perlawanan para buruh Mesir.

Wartawan 'Al-Balagh' pada 10/8/47 melaporkan:

"Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar
itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang
kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan
motor-boat besar itu kejuruan lain."

Melihat fenomena itu, majalah TIME (25/1/46) dengan nada
menakut-nakuti Barat dengan kebangkitan Nasionalisme- Islam di Asia
dan Dunia Arab. "Kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia
seperti di Indonesia akan menginspirasikan negeri-negeri Islam lainnya
untuk membebaskan diri dari Eropa."

Melihat peliknya usaha kita untuk merdeka, semoga bangsa Indonesia
yang saat ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat tidak melupakan
peran bangsa bangsa Arab, khususnya Palestina dalam membantu
perdjoeangan kita..(Lihat foto bung Hatta, Hj Agus Salim, Mufti
Palestina, dan pemimpin Mesir di attachement supaya kita kenal wajah
wajah dari tokoh pembela Indonesia ini)

Statement Tokoh dalam buku ini:
Dr. Moh. Hatta
"Kemenangan diplomasi Indonesia yang dimulai dari Kairo. Karena dengan
pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya terhadap Indonesia
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan tertutup
bagi Belanda untuk surut kembali atau memungkiri janji, sebagai selalu
dilakukannya di masa-masa yang lampau."
A.H. Nasution
"Karena itu tertjatatlah, bahwa negara-2 Arab jang paling dahulu
mengakui RI dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknja ke Jogja dan
jang paling dahulu memberi bantuan biaja bagi diplomat-2 Indonesia di
luar negeri. Mesir, Siria, Irak, Saudi-Arabia, Jemen, memelopori
pengakuan de jure RI bersama Afghanistan dan IranTurki mendukung RI.
Fakta-2 ini merupakan hasil perdjuangan diplomat-2 revolusi kita. Dan
simpati terhadap RI jang tetap luas di negara-2 Timur Tengah merupakan
modal perdjuangan kita seterusnja, jang harus terus dibina untuk
perdjuangan jang ditentukan oleh UUD '45 : "ikut melaksanakan
ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial".

"Perumpamaan kaum muslimin yang saling kasih mengasihi dan cinta
mencintai antara satu sama lain ibarat satu tubuh. Jika salah satu
anggota berasa sakit maka seluruh tubuh akan turut berasa sakit dan
tidak dapat tidur." (HR Bukhari)